Skip to main content

When My Mind Goes to Some Other Parts of the World and Discovers


Beberapa minggu yang lalu, gue yang punya kepribadian extroverted introvert, sedang menikmati waktu liburan di rumah. Tentu saja, go online. Gue scrolling di Facebook, sampe terus nemuin artikel menarik yang bikin gue penasaran.

For your information, gue bakal bahas hal tentang gay dan gimana masyarakat di negara berkembang memperlakukan mereka. To be specific, I'm talking about the so-called "clinic" facilities in Ecuador. Ada sekitar 200 facilities yang beroperasi yang katanya "menyembuhkan" lelaki dan perempuan homoseks dan juga transeksual di Ekuador.

Namun, "pasien-pasien" di dalam facilities ini sebenarnya "dipenjarakan" bukan karena kehendak mereka. Mereka diasingkan dan ditundukkan dengan penyiksaan fisik dan psikologis, dengan pemberian makan secara paksa, pukulan, dan pemerkosaan yang dibenarkan. Sayangnya, pusat-pusat seperti ini masih banyak dibuka karena menyamarkan diri sebagai fasilitas perawatan untuk orang-orang yang gila alkohol dan narkotika.

Artikel yang gue temuin itu tentang seorang fotografer bernama Paola Paredes, yang membuat gambaran Gay "Conversion Therapy'"Centers berdasarkan hasil wawancara si fotografer dengan para survivors from those private "clinics". Larangan kamera di klinik-klinik tersebut sangat ketat, maka dari itu, selain menghabiskan waktu selama kurang lebih enam bulan lamanya, berdasarkan cerita dan pengalaman para survivors itu, dia menjalani kursus akting (dia menjadi salah satu pemeran protagonis dalam karyanya) untuk membuat sebuah karya seni berjudul 'Until You Change' (bisa dilihat di sini untuk versi lengkapnya). Berikut beberapa cuplikan karyanya yang terbaru.


Source: Paredes, 2017.
"The first time she was tied up was the night her parents hired men to sedate and kidnap her in order to bring her to the centre. Once there, she has been tied to a bed or left in the bathroom on many nights."

Source: Paredes, 2017.
"Refusing to eat leads to questioning the authority of the staff. Later, she is kicked into a corner by a male employee to set an example to the others."

Source: Paredes, 2017.
"Every night the women take different types of pills, often described as vitamins but not labelled. The drugs vary in colour; some cause insomnia, others memory loss. The girl suspects, but is not sure, that she was raped after taking one of these pills."

Source: Paredes, 2017.
"Young Ecuadorian women have provided testimony that they were raped by male employees as part of ‘treatment programs’ to cure homosexuality. Others have some form of memories or nightmares suggesting that they were sexually assaulted, possibly after they were drugged."

Source: Paredes, 2017.
"One of the young women seeks out liquids of her own, overcome by a growing dread. She glugs down the contents of a shampoo bottle. The small hope is that it gets her to a hospital bed, out of the anti-addiction centre."

Setelah membaca artikel tersebut, gue mulai browsing lebih jauh tentang Paola Paredes yang sebenarnya, dirinya sendiri seorang lesbian. She has been through a lot. Dia mulai mengetahui tentang klinik-klinik ini dua tahun sebelum dia akhirnya berani menyatakan orientasi seksualnya pada orang tuanya, dengan segala konsekuensi yang akan dia terima. Lu bisa lihat karya Paula secara keseluruhan saat dia menyatakannya di sini, dengan judul 'Unveiled'.

Source: unveiled, 2014.

Disitu, ada full story nya tentang sejak kapan dia merasa "berbeda", bagaimana persiapannya untuk mengangkap momen ketika dia menyatakan hal yang selama ini dia sembunyikan di hadapan orang tuanya, supaya terlihat senatural mungkin dan serespek mungkin pada keluarganya, seperti yang dia katakan di website-nya.
I couldn’t just say, ‘Hi, Mum. Hi, Dad. By the way, I’m gay!’ and then pull out the camera and start snapping away. I needed to be as respectful to them as I possibly could and I needed their reactions to be as natural as possible.
Nah, kembali ke klinik terapi tadi. Paola dilahirkan dari keluarga besar Katolik yang taat dan ketika beranjak remaja, Paola memutuskan bahwa hidup yang religius bukan untuknya. Keinginannya untuk menyatakan hal itu selalu ciut ketika mengingat fakta tersebut. Namun akhirnya, setelah menyatakan tentang dirinya pada orang tuanya, dia masih terus memikirkan bagaimana nasibnya jika keluarganya tidak mampu menerima Paola yang sebenarnya dan membuangnya ke klinik-klinik itu. Oleh sebab itu, dia memulai proyeknya ini.

Dengan menyelesaikan artikel ini, aku mendukung gerakan Paola yang mengarah pada perlindungan HAM. Tidak peduli apakah gay dibenarkan atau tidak, namun tidak seharusnya mereka diperlakukan demikian.

Sedih rasanya mengetahui fakta ini.. Lu bisa baca artikelnya Paola lebih lanjut, supaya memahami lebih detil siksaan yang masih mereka alami hingga detik ini.







Comments

  1. Gue pribadi juga kurang setuju cara klinik tersebut mengobati "pasiennya" karena bertentangan dengan HAM. Terlepas dari benar-tidakbenarnya orientasi seks seseorang, tetap saja seorang gay maupun lesbian patut mendapat perlakuan yang adil.
    Bagaimanapun juga, keluarga adalah tempat terbaik untuk mencurahkan isi hati. Dan sepantasnya keluarga adalah penyembuh untuk anggota keluarga yang memiliki "kelainan" di dalam dirinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Reza!
      Iya, gue juga setuju, semoga kedepannya lebih banyak orang yang bisa menerima keunikan tiap individu :)
      Terima kasih sudah mampir!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d

Digital Painting di Kala Liburan

Malam yang menyejukkan hati, membuat mood ku menjadi baik. Aku segera membuka laptop ku, dan memulai proses pengeditan gambarku. Saat itu, aku sedang sibuk menyelesaikan challenge yang kuterima sejak sekitar sepuluh bulan yang lalu. Hari itu, akhirnya kulaksanakan juga challenge  nya. Jadi begini, challenge  nya itu dengan memajang foto semacam ini: Bukan gambar saya :) Nah, setelah memajang gambar itu di Instagram , tetapkanlah misalnya, tiga hari untuk mendapat jumlah likes . Jumlah likes  yang didapat, menentukan jumlah anak ayam yang harus digambar. Saat itu aku menetapkan tenggat waktu tiga hari. Hari pertama, aku mendapatkan 66 likes . Wah, lumayan juga, nih.. Pikirku. Hari kedua, bertambah menjadi 86 likes . Dan hari terakhir, entah mengapa, jumlahnya bisa tepat 100 likes ! Yay! Setelah tenggat waktu habis, likes  yang muncul setelah itu tidak akan dihitung. Jadi, aku harus menggambar seorang karakter dengan 100 anak ayam di sekelilingnya. Hasil sketsa. Pros

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update