Skip to main content

Day 1: Three Things I'm Grateful for

March, 2023

Selamat tengah tahun 2023!

Setelah menghilang lagi selama setahun bak artis sibuk, aku kembali menulis.

Nggak terasa sudah hampir bulan Agustus. Awal tahun 2023 aku habiskan untuk travelling, kemudian aku kembali ke Australia dan kembali bekerja. Seperti yang sudah bisa ditebak, foto diatas adalah salah satu dari ribuan foto yang kuambil saat berlibur. Di lain waktu, akan aku bahas juga cerita-cerita saat mengeksplor beberapa negara tahun ini.

Di awal bulan Juli ini aku sudah berkomitmen untuk setidaknya memulai 30 Day Writing Challenge di blog ini. Iya memang ternyata mulainya nanggung banget yak di akhir Juli, soalnya aku lelah lunglai lesu pengen balik ke rahim ibu saja masih berusaha mengatur jadwal sehari-hariku. Aku masih rajin bekerja dan menabung (beneran) dengan jam kerja yang cukup panjang saat ini (sekitar 12 jam lebih). Tapi karena kangen menulis dan ada banyak uneg-uneg yang ingin aku bahas di masa depan (saat Doraemon sudah tiba), aku ingin membiasakan diri untuk menulis lagi.

Topik untuk tantangan hari pertama adalah:

List three things you are grateful for and why?

Yang terbesit dalam benakku saat ini:

  1. Internet
    Valid, no debat. Di jaman sekarang, kita selalu butuh internet. Aku masih ingat ketika pertama kalinya aku dikenalkan pada internet, aku terpana melihat begitu banyak hasil Google images dari game yang kusukai saat itu: Harvest Moon. Dan aku baru sadar umurku ternyata lebih tua dari mbah Google. Aku mulai menggunakan internet dan berkomunikasi dengan saudara dan teman dengan internet (Yahoo! Messenger, Facebook, dll). Hingga tanpa sadar, aku menggunakan internet seolah ini adalah hal yang normal dan tidak kumanfaatkan dengan baik. Masih teringat kepahitan bermain Pet Society yang semuanya sia-sia sekarang karena game itu sudah tidak ada lagi. Sekarang, dengan banyaknya content creator di tahun-tahun belakangan ini, kita bisa belajar banyak skill baru dengan gratis, mencari tahu tentang suatu hal sepuasnya, belanja macam-macam pake kartu kredit pacar dan melakukan banyak keperluan lain dengan internet. Sumber informasi kita menjadi tidak terbatas dan setiap hari kian bertambah. Tentunya tidak semua informasi dapat kita akses, namun meskipun begitu, masih ada sangat banyak hal bermanfaat yang dapat kita gunakan untuk membuat segala sesuatu dalam hidup menjadi lebih baik lagi.

  2. Kemampuan untuk membaca
    Tentunya internet berkaitan erat dengan kegiatan membaca. Tapi membaca yang kumaksud disini bukan sekedar membaca tulisan curhatan di caption atau julid-an netizen di kolom komentar, melainkan kemampuan untuk mem-filter dan memilah informasi yang ingin kita olah dalam pikiran kita. Yaitu informasi apa? Informasi yang faktual dan akurat (biar kaya jurnalis ya kan). Supaya informasi yang kita serap adalah informasi yang benar adanya. Hal-hal ini bisa kudapatkan dari berbagai macam sumber seperti banyak channel YouTube yang membahas hal-hal berdasarkan ilmu pengetahuan & riset, artikel, forum, buku dan lain sebagainya. Menariknya, semakin aku banyak membaca, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepala, dan semakin aku ingin mencari tahu lebih banyak hal lagi. Aku jadi bersyukur atas kemampuan membaca yang kumiliki karena ini merupakan sebuah aset yang tidak dapat diambil dari diriku. Dengan membaca, rasa ingin tahuku dapat selalu tersalurkan.

  3. Keahlian dalam berbahasa Inggris dan Indonesia
    Lagi-lagi berhubungan dengan kegiatan belajar. Memang apa bedanya sih bisa dua bahasa? Kan sama saja jika kita bisa membaca versi yang sudah di terjemahkan? Menguasai dua bahasa berarti ada dua budaya yang bertemu di dalam diri kita. Itu berarti, ada dua sumber informasi yang bisa kita dapatkan. Bukan sekedar bisa membaca hal yang sama dengan membaca/mendengarkan hasil terjemahannya, tetapi perihal kebebasan kita untuk memperoleh lebih banyak informasi yang kita butuhkan. Karena tidak semua informasi yang kita butuhkan ada semuanya dalam satu bahasa. Banyak konten/sumber informasi bagus yang tidak ada versi terjemahannya. Alangkah baiknya jika kita bisa menjadi salah satu orang yang menjembatani itu. Konten yang kita konsumsi di internet, dapat kita sebarluaskan ke orang-orang terdekat kita seperti orang tua, saudara, atau teman yang kurang mahir berbahasa Inggris. Dengan demikian, kita dapat mengakses dan memahami sebuah topik lebih mendalam dan meluas. Bonus poin, buat yang masih jomblo, dengan menguasai dua bahasa, pilihan pasangan juga jadi lebih banyak.

Itulah tiga hal yang aku syukuri dalam hidup saat ini. Blog hari ini telah selesai. Pergilah dan bebaskan grup WA keluarga dari hoaks-hoaks yang tidak perlu.

Have a nice day!

*.*.*

Jika kamu mau tahu lebih lanjut tentang 30 Day Writing Challenge yang aku jalani saat ini, kamu bisa klik link ini ya.



Comments

Popular posts from this blog

Day 29: Who and What Adds Meaning

Who and what adds meaning to your life. Agustus, 2023 Tentunya sulit untuk menunjuk hanya satu orang saja. Orang-orang disekitarku selalu menambah meaning dalam hidupku. Sebagian besar datang dan pergi, terkadang kembali, kemudian hilang lagi. Apalagi semakin dewasa dan bertambah usia, sepertinya teman-teman semakin punya kesibukan. Termasuk aku sendiri. Jadi ujung-ujungnya hanya menyapa tipis-tipis di media sosial. Tapi nggak apa-apa, meskipun begitu, aku percaya setiap orang memiliki “fungsi”-nya masing-masing dalam hidupku. Mungkin aku nggak sadar makna kehadirannya pada waktu itu dan baru ngeh setelah beberapa tahun berlalu, atau mungkin saat ini sudah nggak ngobrol, tapi masih terkadang kontakan sedikit-sedikit. Ada banyak faktor yang menentukan peran seseorang dalam hidupku. Jadi, jika ditanya ‘siapa’, tentunya tergantung dari musim hidup yang sedang kujalani. Setiap musim, pemerannya berbeda-beda. Aku hampir selalu belajar sesuatu dari setiap orang yang kutemui, dan sedikit demi...

Terus dan terus.

Kemana hidup ini harus kubawa? Kekecewaan datang dan pergi. Begitu pula kecintaan. Yang mana yang harus kupercaya? Ada keputusan, ada ketakutan. Ada komitmen, ada kebingungan. Dimana ada harapan, disitu ada kekecewaan. Dimana ada tekad, disitu ada godaan. Dimana ada kekecewaan, disitu ada harapan. Akankah aku bertahan? Berapa lama harus aku bertahan? Berapa lama harus aku percaya? Tujuh kali tujuh ratus tujuh puluh tujuh? Sampai jelas. Sampai mati dan hidup lagi. Sampai nyata.

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d...