Skip to main content

Kota-Kota yang Pernah Kutinggali

Di Indonesia, gue dari lahir tinggalnya di Semarang. Sejak mulai kuliah, gue tinggal di Singapura dan beberapa bulan setelah pendidikan S1 gue selesai, gue sempat tinggal di Hong Kong. Itu tiga kota pertama yang pernah gue tinggali dalam hidup gue.


Sumber: images.google.com












Kota pertama, Semarang. Ibukota Jawa Tengah yang cukup jarang terdengar di luar negeri. Padahal makanannya enak-enak. Kota yang gue tinggali selama hampir 20 tahun silam, merupakan kota yang lumayan damai dulunya. Akhir-akhir ini, kota Semarang semakin macet lalu lintasnya. Mulai didirikan banyak hotel, kafe, dan restoran. Which leads to more fooooodddss!!

Anyway, Semarang punya makanan andalan, yaitu lumpia. Banyak yang suka, tapi ada juga yang ga suka, karena baunya menyengat, dll. Tapi gue pribadi suka makan lumpia. Biar lulus jadi citizen-nya Semarang. Hahaha.

Banyak terdapat bangunan dan monumen bersejarah yang menjadi daya tarik kota Lumpia ini. Seperti Kota Lama, Lawang Sewu dan Tugu Muda. Kebanggan kota gue. Kalo kalian mampir ke Semarang, jangan lupa pergi ke tempat-tempat tersebut, cobain lumpianya, kalo weekend, bisa juga datang ke Semawis, berlokasi di pecinannya Semarang, terkenal akan variasi makanan dan minumannya yang unik. Ada yang bilang, instagrammable.

Seru banget ya kayaknya? Gue jadi promosi Semarang. Hehehe.

Sumber: images.google.com

Oke, kota kedua yang gue tinggali, Singapura. Sebenernya bukan kota, sih. Itu nama negara, tapi karena negaranya kecil banget, jadi gue juga bingung mau sebut kotanya apa. Singapura bahkan lebih kecil dari Jakarta.

Singapura merupakan salah satu negara bekas jajahan UK. Kondisi Singapura sekarang telah jauh berkembang dibanding ketika dia baru saja merdeka, 52 tahun yang lalu. Singapura terdiri atas berbagai macam etnis, budaya, kepercayaan dan bahasa. Dalam satu jalan, terkadang bisa ditemui sebuah masjid, pura dan klenteng. Mereka menyebutnya dengan istilah "streets of harmony".

Meskipun negaranya super kecil, transportasi umum, dan fasilitas umum lainnya sangat memadai. Kemana-mana mudah, meskipun ga punya kendaraan pribadi. Tergolong sangat aman juga. Gue pernah pulang sekitar jam 2 malam sehabis kerja. Aman banget, cuma gue ditemani bayangan gue. Lho kok jadi horor, ya.

Sumber: images.google.com

Nah, kota terakhir yang gue tinggali, adalah Hong Kong. Hong Kong ini ukurannya hanya sekitar dua kalinya Singapura. Nggak begitu gede juga, jadi gue bingung mau sebut kota apa juga.

 Hong Kong juga salah satu negara bekas jajahan UK. Kondisi Hong Kong jika dibandingkan dengan Singapura, lebih messy. Tidak semua orang teratur, dan masih ada kesenjangan sosial disana-sini. Orang yang udah pake Google Map pun masih sering tersesat karena susunan bangunan di Hong Kong kurang rapih. Namun, yang menonjol dari Hong Kong jika dibandingkan sengan Singapura adalah alamnya. Hong Kong punya banyak bukit dan gunung, sedangkan Singapura memiliki sangat sedikit. Bayangkan, "gunung" tertinggi di Singapura hanya setinggi 163.3 meter (Bukit Timah Hill), dan Hong Kong memiliki Tai Mo Shan (Big Hat Mountain) yang setinggi 957 meter.

Tinggal di Hong Kong dan di Singapura, terdapat banyak kesamaan, mungkin karena nuansa Inggrisnya masih terlihat di beberapa daerah. Namun untuk tinggal dalam jangka waktu yang lama, gue pribadi lebih suka di Singapura. Terkadang gaya hidup yang lebih messy di Hong Kong itu praktis, dan bikin gue kangen dengan convenience itu. Misalnya, karena dapur kecil, gue jadi ga ada mood masak, lebih sering makan di luar dan makanan di luar mudah didapat dan sering ada promo, jadi menu makan gue di Hong Kong boleh dikatakan kurang sehat tapi praktis karena gue jadi ga perlu masak.

Hong Kong juga dikenal sebagai negara yang relatif aman, terbukti ketika gue baru sampe rumah sekitar jam 12 malam, gue berjalan kaki dari tram stop sampe ke rumah gue, kira-kira 15-20 menit, dan aman-aman saja. Mungkin karena daerah yang gue tinggali memang selalu rame jadi gue merasa aman. Sepertinya dimanapun juga, memang ga ada tempat yang 100% aman. Harus selalu peka dengan lingkungan.

Sekian cerita gue buat hari ini, semoga kalo ada informasi yang membantu jadi bisa berguna buat kalian, ya. Sampe jumpa di postingan besok!





Comments

Popular posts from this blog

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d

Digital Painting di Kala Liburan

Malam yang menyejukkan hati, membuat mood ku menjadi baik. Aku segera membuka laptop ku, dan memulai proses pengeditan gambarku. Saat itu, aku sedang sibuk menyelesaikan challenge yang kuterima sejak sekitar sepuluh bulan yang lalu. Hari itu, akhirnya kulaksanakan juga challenge  nya. Jadi begini, challenge  nya itu dengan memajang foto semacam ini: Bukan gambar saya :) Nah, setelah memajang gambar itu di Instagram , tetapkanlah misalnya, tiga hari untuk mendapat jumlah likes . Jumlah likes  yang didapat, menentukan jumlah anak ayam yang harus digambar. Saat itu aku menetapkan tenggat waktu tiga hari. Hari pertama, aku mendapatkan 66 likes . Wah, lumayan juga, nih.. Pikirku. Hari kedua, bertambah menjadi 86 likes . Dan hari terakhir, entah mengapa, jumlahnya bisa tepat 100 likes ! Yay! Setelah tenggat waktu habis, likes  yang muncul setelah itu tidak akan dihitung. Jadi, aku harus menggambar seorang karakter dengan 100 anak ayam di sekelilingnya. Hasil sketsa. Pros

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update