Skip to main content

Malam Apresiasi SRC (Singapore Red Cross)

Karena aku telah ikut serta dalam acara Flag Day 2016 kemarin, aku pun diundang untuk datang ke acara malam apresiasi terhadap jalannya acara Flag Day tahun ini. Pengalamanku menjadi relawan di Flag Day ini, dapat kamu baca di sini, ya!

Nah, jadi, sekitar pertengahan bulan Maret, aku mendapat email dari pihak SRC. Yang isinya, ya undangan itu. Tertera disana supaya aku mendaftarkan diri terlebih dahulu, jika bersedia untuk datang. Yaelah, ya jelas dateng lah. Makan gratis gitu, loh *otak mahasiswa irit*.
Maka, setelah register, akhirnya datang juga hari H-nya, tanggal 8 April. Aku kesana bersama temanku (orang yang sama dengan yang sebelumnya mengajakku ikut acara ini - thanks a lot to him, aku jadi bisa makan gratis terus). Kira-kira jam 18:40, kita sudah tiba di lokasi. Acaranya akan dimulai jam 18:45. Yeah, kita langsung menuju ke lantai dua, dimana acara diselenggarakan.

Saat menaiki tangga satu per satu, kita melihat ada makanan sudah tersedia. Seketika itu, bayangan gue udah makanan doang. Tapi dengan tetap cool, aku berjalan memasuki ruangan, dan mencari tempat duduk.
Setelah duduk, kita menunggu sebentar, dan tiba-tiba ada pengumuman supaya para tamu menikmati hidangan terlebih dahulu. Aku pun segera beranjak dari kursi. Eh, enggak deng. Aku nunggu orang lain dulu yang ngambil, sampe sedikit rame, baru aku mulai ambil. Mulai dari nasi, kemudian ayam, sayur, dan telur. Lalu aku pun kembali duduk.
Ada beberapa film pendek yang ditayangkan sembari kita menikmati makanan. Film-film itu berkaitan dengan apa saja yang SRC lakukan untuk warga Singapura. Bantuan-bantuan seperti makanan gratis, transportasi untuk orang-orang difabel, dan lain-lain.

Ronde kedua, aku mengambil makanan penutup alias dessert berupa suatu sup. Aku tidak tahu namanya, dan tidak tahu yang kumakan juga. Awalnya kukira ada kentangnya, ternyata bukan kentang. Aku tidak tahu benda apa yang mirip kentang ini. Didalamnya, juga terdapat bulir-bulir yang mirip mutiara, itu enak juga.
Puas dengan dessert, kuambil segelas minum, lemon tea. Dan setelah mengenyangkan perut, acara pun dimulai. Diawali dengan sambutan dari Guest-of-Honor, yaitu salah satu anggota dewan SRC. Kemudian feedback mengenai kelangsungan Flag Day 2016 dari para peserta, dan acara terakhir, penerimaan sertifikat bagi para perusahaan, instansi sekolah, dan sukarelawan yang telah membantu terwujudnya Flag Day 2016. Tentu saja, aku pun mendapatkan sertifikat itu.


Foto di depan meja resepsionis.

Yah, setelah penerimaan sertifikat, para tamu dipersilakan untuk pulang. Kulihat jam tanganku, masih jam delapan. Padahal, kalo sesuai jadwal, acara ini bakal kelar nanti jam sembilan. Nggak nyangka, ternyata cepet banget selesainya. Jadi kita pergi ke Plaza Singapura dulu, deh. Di dalamnya, terdapat toko bernama Daiso, yaitu toko yang menjual barang-barang Jepang, dengan harga serba dua dollar. Ya, semua barang seharga dua dollar saja. Akhirnya, disana aku membeli banyak snacks dan beberapa keperluan DIY (Do It Yourself).
Kira-kira jam sembilan, aku sampai di rumah, dan terkapar.

Sampai disitu pengalaman yang dapat kuceritakan kali ini. Semoga nantinya, banyak yang bakal gabung di acara-acara beginian, ya. Terus, jangan lupa ajak-ajak aku.

See you on the next post!







Comments

Popular posts from this blog

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d

Digital Painting di Kala Liburan

Malam yang menyejukkan hati, membuat mood ku menjadi baik. Aku segera membuka laptop ku, dan memulai proses pengeditan gambarku. Saat itu, aku sedang sibuk menyelesaikan challenge yang kuterima sejak sekitar sepuluh bulan yang lalu. Hari itu, akhirnya kulaksanakan juga challenge  nya. Jadi begini, challenge  nya itu dengan memajang foto semacam ini: Bukan gambar saya :) Nah, setelah memajang gambar itu di Instagram , tetapkanlah misalnya, tiga hari untuk mendapat jumlah likes . Jumlah likes  yang didapat, menentukan jumlah anak ayam yang harus digambar. Saat itu aku menetapkan tenggat waktu tiga hari. Hari pertama, aku mendapatkan 66 likes . Wah, lumayan juga, nih.. Pikirku. Hari kedua, bertambah menjadi 86 likes . Dan hari terakhir, entah mengapa, jumlahnya bisa tepat 100 likes ! Yay! Setelah tenggat waktu habis, likes  yang muncul setelah itu tidak akan dihitung. Jadi, aku harus menggambar seorang karakter dengan 100 anak ayam di sekelilingnya. Hasil sketsa. Pros

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update