Skip to main content

Suka Duka Anak Kos

Anak kos.

Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi.
Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos.

Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai.

Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai dan siap dijemur. Jadi dengan terpaksa aku harus tunda ngerjain tugasnya, dan menjemur baju. Soalnya kalo enggak. Ya, lo tau lah. Mengganggu kenyamanan bersama teman serumah.

Lanjut.

Bahan makanan di lemari es, bisa menjadi target teman serumah. Aku inget banget. Bulan pertama aku pindah ke sini, aku beli sepuluh butir telur. Gue taruh kulkas tuh semua telurnya. Saat itu, aku udah pake dua butir buat apa gitu, lupa. Buat makan, lah yang jelas. Lalu, keesokan harinya, secara misterius, telurnya tinggal tujuh. Hebat nggak, aku ingat?
Semenjak itu, telur-telurku, kulindungi dengan dua karet gelang pada wadahnya. Supaya kalo ada yang mau ambil, bakal ada sedikit challenge-nya.

Lalu,

tinggal dengan teman serumah, kamu harus hapal jadwal mereka. Terutama dalam hal penggunaan kamar mandi. Sekitar jam 8-8:30 pagi, temanku pasti akan menggunakan kamar mandi. Jadi, aku harus mandi duluan, atau setelah dia. Untung dia punya jadwal. Gimana dengan teman serumah yang nggak tentu jadwalnya?
By the way, aku cuma share kamar mandi dengan seorang teman serumah. Jadi nggak susah-susah banget ngatur penggunaannya. Dan nggak kotor-kotor banget WC-nya. Lol.

Kemudian,

peralatan masak dan makan. Beruntung, kalo teman-teman serumah kamu orangnya pada tahu tanggung jawab, dan selalu dicuci setelah pakai. Gimana kalo enggak? Hahaha. Kadang, teman serumahku tidak mencuci, dan dibiarkan menumpuk. Membuat pengguna wastafel yang lain menjadi tidak nyaman. Jadi, jika malam sebelum aku tidur, aku mencuci peralatan habis pakaiku, aku melihat ada seperangkat peralatan makan yang kotor, kadang kucucikan. Itu jika aku sedang baik hati. Ada juga, tipe anak kos yang nggak mau repot-repot cuci piring. Dia beli makanan instan, atau beli makanan dari luar. Selama nggak ganggu hidup gue, nggak masalah, sih. Toh, yang enak juga di gue. Peralatan masak dan makan jadi nggak banyak yang pake. Hehe.

Berikutnya,

kebersihan kamar, tanggung jawab orang yang tinggal di dalamnya. Termasuk jadwal mengganti seprai, menyapu, dan lain-lain.
Beneran, deh. Kamarku cepet banget kotor. Dibiarin sedikit, helai rambutku sudah ada dimana-mana. Belum, remah-remah nggak jelas yang ada di lantai. Jadi aku harus sering-sering bebersih kamar. Nah, baru aja gue nengok. Udah ada rambut di sekitar gue. Padahal baru kemaren malem gue bersihin, nih kamar.
Yang paling penting, kalo kebersihan kamar nggak dijaga, dijamin, bakal ada 'pendatang' baru yang siap menghuni kamar kita juga. Siapa itu? Ya jelas, serangga-serangga yang beberapa orang bilang, imut. Perlu gue sebutin, nggak? Nggak usah, ya. Merinding gue.

Setelah itu,

aku juga mikirin temen-temen yang tinggal bareng temen lain dalam satu kamar. Nggak kebayang aja. Soalnya gue pribadi lebih milih tinggal sendiri, ketimbang bareng temen. Bayangan gue kalo tinggal bareng, ya. Ganti baju aja malu kalo diliat. Terus, kalo malem sebelum bobok juga gimana kalo teman sekamar tipe pekerja keras yang selalu bobok pagi, bangun pagi? Sedangkan aku tipe yang sulit tidur kalo lampu masih nyala. Jadilah keributan kecil. Dan masih banyak keributan lain yang berpotensi muncul jika aku tinggal dengan teman di satu ruangan.

Dan,

masalah yang paling krusial bagi anak-anak kos, yaitu mengatur pengeluaran. Masalah ini kusiasati dengan membuat perencanaan pengeluaran di sebuah buku. Meskipun aku bukan akuntan atau ahli keuangan yang gimana gitu, pokoknya aku tetap berusaha mengatur pengeluaranku. Supaya bisa menabung sisanya sebanyak-banyaknya. Tentunya untuk keperluan dadakan.
Gimana caraku? Dengan menentukan terlebih dahulu, untuk hal-hal apa yang pasti uangku akan habis di? Seperti misalnya, uangku tiap bulan akan habis untuk membeli bahan makanan, pulsa, dan kartu EZ-link (kartu untuk mengendarai kendaraan umum). Dengan begitu, aku bisa melihat perhitungan lebih rinci, berapa sisanya. Kemudian, sisa dari kebutuhan pokok itu, bisa kuperkirakan lagi, kira-kira untuk jajan di luar seminggu bisa berapa kali, dan seterusnya.
Dengan perhitungan terperinci, aku bisa membatasi diri. Oh, seminggu cuma bisa makan di luar dua kali, misalnya.
Alhasil, aku bisa menabung lebih banyak!^^

Terakhir,

masalah lainnya seperti rasa malas untuk memasak, kesulitan mendisiplinkan diri, dan lain-lain. Juga menjadi penghambat dalam kelancaran kehidupan anak kos.
Permasalahannya ada di dalam diri anak itu sendiri, sih. Jadi, anak tersebut harus memotivasi dirinya sendiri. Sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, dan seorang anak kos, yang harus mengurus kebutuhannya sendiri.
Untuk mengatasi hal ini, malam sebelum tidur, aku selalu merencanakan apa saja yang akan kulakukan esok harinya. Jadi, ketika esok tiba, aku sudah tahu apa saja yang harus kulakukan hari itu. Aku sendiri masih belum terlalu disiplin terhadap waktu. Jadi, aku pun masih mengusahakan. Tapi, sejauh ini, aku dapat mengerjakan kewajibanku dengan baik. Semoga dalam dua minggu ke depan, kedisiplinanku semakin bertambah! Jadi aku bisa sering-sering update blog juga, deh!

Nah, untuk saat ini, itulah persoalan yang biasanya dihadapi oleh seorang anak kos, berdasarkan pengalamanku. Kamu punya ide lain? Tambahkan di kolom komentar, ya!

P.S. Masih menjadi misteri kenapa kita hanya membahas duka-duka anak kos. Suka-sukanya kita bahas di lain waktu. Oke?






Comments

  1. Itulah NGENEST nya tinggal bareng2... Sama sih disini juga gitu, tinggal bertiga, beki telur, besoknya disisain cangkangnya.. -_-"

    ReplyDelete
  2. Itulah NGENEST nya tinggal bareng2... Sama sih disini juga gitu, tinggal bertiga, beki telur, besoknya disisain cangkangnya.. -_-"

    ReplyDelete
  3. Hi Kennice, untuk anak kost kayaknya perlu banget untuk disiplin mengatur uang dan rajin masak di kosannya supaya bisa menghebat dari segi uang secara kamu kan ngekost di negeri orang hehe. Mungkin itu saran dari aku ya Kennice. O ya salam kenal yaa! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga, Wida! Kita ketemu lagi ^^
      Selamat datang di blog ini, ya!

      Delete
  4. salam kenal dek... Wow! Saya pergi jalan2 sama teman seminggu aja, dia sudah tobat2 sama saya... Hahahahhaha.... Toleransi memang penting ya tapi jgn akhirnya jadi pening... Enak apa enggak ya kalau dari awal sudah saling membicarakan do's and don'ts? *loh bukannya ngasih saran malah nanya balik*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga, Ria! ^^
      Wah, tobat-tobat kenapa coba? Hehehe. Menuruku, dari awal sudah membicarakan do's and don'ts bisa menjadi jalan yang baik juga, kok :)
      Terima kasih sudah mampir!

      Delete
  5. Itulah alasan kenapa aku males tinggal sekamar dengan orang lain. Ada sih temen sekelasku dulu yang ngajekin buat tinggal satu kamar. Tapi akunya gak mau. Nggak tahan dengan asap rokoknya. Jadi ya sengaja pilih yang kamar sendiri dan ada kamar mandi pribadi di dalam biar nggak rebutan kalau pengen mandi. Kadang kan suka gitu, pengen cepet tapi salah satu dari penghuni kost mandinya suka lama, jadinya terlambat, deh. Tapi kalau biayanya memang mahal, ya mau gimana lagi, nggak ada pilihan selain pilih yang kamar mandi di luar.

    ReplyDelete
  6. kasihan ya hidup anak kos itu. harus bergulat dengan pakaian kotor, mengatur pengeluaran, tugas-tugas, dan masalah silih berganti. ini kenapa jadi kebanyakan duka nya daripada suka nya... ini sih lebih coock dinamain duka-duka anak kos

    ReplyDelete
  7. Its worth something ken.. Not today but someday. Keep it up!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Loren! It's nice to see you here again :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Digital Painting di Kala Liburan

Malam yang menyejukkan hati, membuat mood ku menjadi baik. Aku segera membuka laptop ku, dan memulai proses pengeditan gambarku. Saat itu, aku sedang sibuk menyelesaikan challenge yang kuterima sejak sekitar sepuluh bulan yang lalu. Hari itu, akhirnya kulaksanakan juga challenge  nya. Jadi begini, challenge  nya itu dengan memajang foto semacam ini: Bukan gambar saya :) Nah, setelah memajang gambar itu di Instagram , tetapkanlah misalnya, tiga hari untuk mendapat jumlah likes . Jumlah likes  yang didapat, menentukan jumlah anak ayam yang harus digambar. Saat itu aku menetapkan tenggat waktu tiga hari. Hari pertama, aku mendapatkan 66 likes . Wah, lumayan juga, nih.. Pikirku. Hari kedua, bertambah menjadi 86 likes . Dan hari terakhir, entah mengapa, jumlahnya bisa tepat 100 likes ! Yay! Setelah tenggat waktu habis, likes  yang muncul setelah itu tidak akan dihitung. Jadi, aku harus menggambar seorang karakter dengan 100 anak ayam di sekelilingnya. Hasil sketsa. Pros

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update