Skip to main content

Day 17: Stranded Alone in an Unknown Island. It Looks Like This.

Imagine yourself stranded alone in an unknown island. How does it look?

Image by lifeforstock on Freepik

Pertanyaan ini membuatku teringat dengan beberapa game yang kusukai saat kecil bertema “island”. Ada Holiday Island, yaitu game dengan misi untuk mengembangkan sebuah pulau menjadi tempat hiburan. Kemudian ada yang bertema tentang sebuah suku yang hidup in a deserted island. Yaitu Virtual Villagers. Dengan misi untuk menjaga umat manusia tetap ada di pulau tersebut. Kemudian my favourite of them all, yaitu The Sims 2: Castaway. Dimana game ini menggambarkan first point of view orang-orang yang terdampar di sebuah pulau yang berusaha untuk bertahan hidup.

Jadi untuk pertanyaan ini, mudah sekali untuk kujawab dengan membayangkan The Sims 2: Castaway. Aku melihat sebuah pulau terpencil ini sebagai pulau tropis dengan banyak hasil alam, seperti buah-buahan, air kelapa, bunga, madu, dan lain-lain. Tentu saja dengan kondisi pulau yang demikian, kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar. Tanpa memperhitungkan berapa lama aku harus bertahan di pulau ini.

Bisa saja aku harus bertahan selama bertahun-tahun, sehingga aku harus mempersiapkan diri untuk memahami musim di pulau ini, dan mungkin juga membangun sebuah storage untuk menyimpan makanan selama musim kemarau. Mungkin juga ada ancaman bahaya jika ada hewan buas tinggal di pulau ini. Dan hal-hal lainnya yang dapat menjadi bahan pertimbangan.

Semoga aku nggak pernah dapat pengalaman untuk bertahan hidup di dunia nyata. Kalu lewat game doang, seru sih.



*.*.*

Jika kamu mau tahu lebih lanjut tentang 30 Day Writing Challenge yang aku jalani saat ini, kamu bisa klik link ini ya.





Comments

Popular posts from this blog

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d

Digital Painting di Kala Liburan

Malam yang menyejukkan hati, membuat mood ku menjadi baik. Aku segera membuka laptop ku, dan memulai proses pengeditan gambarku. Saat itu, aku sedang sibuk menyelesaikan challenge yang kuterima sejak sekitar sepuluh bulan yang lalu. Hari itu, akhirnya kulaksanakan juga challenge  nya. Jadi begini, challenge  nya itu dengan memajang foto semacam ini: Bukan gambar saya :) Nah, setelah memajang gambar itu di Instagram , tetapkanlah misalnya, tiga hari untuk mendapat jumlah likes . Jumlah likes  yang didapat, menentukan jumlah anak ayam yang harus digambar. Saat itu aku menetapkan tenggat waktu tiga hari. Hari pertama, aku mendapatkan 66 likes . Wah, lumayan juga, nih.. Pikirku. Hari kedua, bertambah menjadi 86 likes . Dan hari terakhir, entah mengapa, jumlahnya bisa tepat 100 likes ! Yay! Setelah tenggat waktu habis, likes  yang muncul setelah itu tidak akan dihitung. Jadi, aku harus menggambar seorang karakter dengan 100 anak ayam di sekelilingnya. Hasil sketsa. Pros

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update