Skip to main content

Day 6: Ten Things I Love Regarding Myself

Write ten things you love regarding yourself?

Brisbane, Maret 2022

Topik yang cukup menantang. 


Hmm.


🤔



Kelamaan mikir jadi bikin pengen marah. Baiklah, dari pada aku banting heater, mending aku mulai aja.
  1. Memiliki kesadaran diri yang cukup tinggi
    Kesadaran diri ini penting keberadaannya supaya at least bisa menjadi guru dalam hatiku, pengingat kalo kita berbuat yang tidak benar dan tahu apa yang harus diperbaiki.

  2. Mampu untuk berpikir bertentangan dengan diri sendiri (the ability to think contradictory to myself)
    Aku suka bertengkar dengan diri sendiri. Kepalaku nggak pernah sepi. Jadi, tujuannya berpikir yang bertentangan buat apa? Buat melatih pemikiranku supaya lebih kritis. Sayangnya, kegiatan ini butuh banyak waktu. Jadi jarang aku lakukan. Tapi ada satu yang kusadari, aku jadi bisa melatih empatiku. Jika ada perbedaan pendapat, aku bisa berusaha untuk memahami point of view mereka, meskipun nggak selalu berhasil, yang penting kita mau mencoba.

  3. Memiliki keberanian yang cukup besar untuk mengeksplor dan mencoba banyak hal
    Lagi-lagi, mumpung masih muda, aku nggak kebayang di masa tua aku menyesal tidak mencoba sesuatu saat muda. Mulai dari sebuah pengalaman, sebuah topik, ataupun makanan, tentunya, masih ada batasan-batasannya ya.

  4. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar
    Karena rasa ingin tahuku selalu terpelihara, makin lama, makin banyak aja nih topik yang ingin aku jajaki. Terkadang nggak jarang juga aku jadi kelihatan seperti orang naif yang selalu bertanya, aku masih menumbuhkan built-in stopper supaya aku gak nanya kebablasan.

  5. Mudah beradaptasi
    Baik dari segi gaya hidup, lingkungan, makanan, aku merasa masih lumayan mudah untuk menerima dan beradaptasi. Tapi, kalau masalah bahasa, mau tinggal dimana pun, aku masih selalu punya aksen Jawa yang medok. Well, beradaptasi bukan berarti harus menghilangkan signature kita, kan?

  6. Bisa “berganti” kepribadian
    Aku cukup fleksibel dengan kepribadianku. Jika diperlukan, aku bisa berubah menjadi ekstrovert dan jika tidak diperlukan, default kepribadianku sepertinya introvert.

  7. Jujur
    Kalau mau ngomongin kejujuran, akan jadi sangat panjang blog ini. Yah, intinya sih, aku masih menilai diri cukup jujur. Namun biasanya aku suka menyangkut-pautkan kejujuran dengan keterbukaan. Jujur iya, tapi untuk menjadi terbuka dengan orang, aku selalu butuh waktu.

  8. Selalu memiliki keinginan untuk berbenah diri
    Aku berusaha untuk tidak cepat puas diri dan selalu mencari hal yang dapat kukembangkan untuk menjadi lebih baik lagi. Meskipun aku tahu ini perjalanan seumur hidup, kadang aku capek dan pengen sombong dan sok tahu aja. Boleh gak sih? (Ayo bilang “boleh”).

  9. Mampu menikmati “kebosanan”
    Gak gampang bosan. Cukup sabar kalau meng-handle kebosanan, baik dalam hal pekerjaan, atau dalam hal ngobrol sama orang. Entah kenapa, mudah sekali untuk aku menemukan sisi menarik dari setiap orang/hal. Tapi ini nggak ngomongin kalo aku ketiduran yah. Kalo bosan, trus ketiduran yah itu lain cerita. Yang lebih sering terjadi adalah orang yang bosan sama aku. Tapi gak apa-apa, biar mereka latihan bosan. Ya kan?

  10. Bahwa aku lahir di zaman yang menarik
    Aku sangat beruntung untuk dilahirkan sebagai generasi pertama dari generasi Z. Orang-orang yang lahir di generasiku dapat melihat perubahan zaman dari penggunaan hape Nokia yang bagai batu karang itu sampe iPhone yang bisa dibengkokkan. Dari main Tetris, tamagotchi, game boy, sampe Play Station 5. Dari ga ada internet di rumah sampe install wifi di rumah. Menarik sekali kalo aku kilas balik. Perkembangan zaman cepat sekali.
Patut diketahui bahwa aku berusaha sangat keras untuk menyelesaikan post ini. Aku ketiduran berkali-kali sampe akhirnya menyerah dan tidur saja. Ternyata ngomongin diri sendiri bikin aku juga bosan dengan diriku sendiri.

Selamat melanjutkan aktivitas kalian~


*.*.*

Jika kamu mau tahu lebih lanjut tentang 30 Day Writing Challenge yang aku jalani saat ini, kamu bisa klik link ini ya.







Comments

Popular posts from this blog

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d

Digital Painting di Kala Liburan

Malam yang menyejukkan hati, membuat mood ku menjadi baik. Aku segera membuka laptop ku, dan memulai proses pengeditan gambarku. Saat itu, aku sedang sibuk menyelesaikan challenge yang kuterima sejak sekitar sepuluh bulan yang lalu. Hari itu, akhirnya kulaksanakan juga challenge  nya. Jadi begini, challenge  nya itu dengan memajang foto semacam ini: Bukan gambar saya :) Nah, setelah memajang gambar itu di Instagram , tetapkanlah misalnya, tiga hari untuk mendapat jumlah likes . Jumlah likes  yang didapat, menentukan jumlah anak ayam yang harus digambar. Saat itu aku menetapkan tenggat waktu tiga hari. Hari pertama, aku mendapatkan 66 likes . Wah, lumayan juga, nih.. Pikirku. Hari kedua, bertambah menjadi 86 likes . Dan hari terakhir, entah mengapa, jumlahnya bisa tepat 100 likes ! Yay! Setelah tenggat waktu habis, likes  yang muncul setelah itu tidak akan dihitung. Jadi, aku harus menggambar seorang karakter dengan 100 anak ayam di sekelilingnya. Hasil sketsa. Pros

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update