Write about the three most important people you’ve ever met.
Lagi-lagi setelah berpikir lama, dari semua orang-orang yang memiliki pengaruh dalam hidupku, sepertinya cukup menantang untuk menciutkan hanya dalam tiga orang saja. Tapi aku akan mencoba. Tiga orang (yang bukan keluargaku) yang menurutku memiliki pengaruh besar dalam hidupku dan pernah kutemui:
Pak Pambudi, guru sekolah saat SMA
(Sudah mencari-cari fotonya tapi ternyata aku gak pernah foto bareng Pak Pam ini. No hoax, tapi maaf no photo ya)
Ada banyak guru-guru asik saat aku sekolah, tapi buatku, yang paling berbekas pengajarannya adalah Pak Pambudi. Saat sekolah dulu, mata pelajaran yang dia ajarkan adalah Pendidikan Religiusitas. Uniknya, selama aku bersekolah di sekolah-sekolah Katolik, baru kali ini ada sekolah yang memberikan mata pelajaran yang bukan menekankan Katolik saja, tapi juga pemahaman tentang agama-agama lain yang dianut di Indonesia. Aku ingat sekali awal mula pengajaran beliau, dia meminta masing-masing orang untuk merangkum pembelajaran tentang kepercayaan-kepercayaan yang ada di Indonesia. Tentang sejarahnya, tentang kepercayaan yang dianut agama tersebut, dan lain-lain. Aku menikmati proses pengerjaannya. Beliau membantu murid-muridnya untuk membuka pikiran kita tentang kepercayaan lain selain katolik, meskipun dirinya sebenarnya adalah mantan calon romo. Tapi dia memutuskan untuk tidak melanjutkan karena dia sadar akan panggilannya untuk berkeluarga, bukan untuk hidup menggereja.
Beliau juga sering menceritakan tentang kisah-kisah kehidupannya dan nilai-nilai yang dia ambil dari berbagai pengalamannya, dan yang paling membuatku heran, beliau ini nampaknya kaya nggak ada kekhawatiran dihakimi orang ketika bercerita tentang kisahnya. Meskipun kisah-kisah yang dibawa juga ada yang menurutku memalukan untuk diungkapkan di depan umum. Apalagi pendengarnya adalah anak didiknya. Tapi aku selalu melihat kedamaian dari sikap beliau. Nyantai aja gitu bawaannya, tapi bisa tegas juga.
Beliau mengajarkanku untuk bersikap jujur dan menjadi nyaman dengan diri sendiri, dengan segala kekurangan dan kelemahan kita.
Kevin Anggara, seorang content creator yang pernah kutemui
Back in 2015. Kevin Anggara yang di kanan. |
Jujur, aku nggak ingat pertama kalinya mendengar tentang Kevin Anggara dari siapa atau dari mana. Tapi yang kuingat, aku sangat tertarik dengan karya-karyanya dari SMA. Saat itu aku sudah memiliki blog ini, dan aku juga mengikuti blog-nya Kevin. Kebetulan setelah dia merilis buku, dia mengadakan sebuah kompetisi untuk ikut kelas membuat video bersama Kevin sendiri. Jadi aku mengikuti kompetisi itu dengan menulis sebuah ide video yang ingin digarap, jika aku memenangkannya. Dan ternyata, aku menjadi salah satu pemenang terpilih. Kamu bisa membaca pengalamanku lebih lanjut di sini.
Kevin Anggara menjadi orang yang berpengaruh dalam hidupku karena bagiku, dia semacam tanda bahwa ternyata aku bisa loh menggapai mimpi satu persatu. Ternyata aku bisa ketemu dengan panutanku di dunia nyata, dengan usahaku sendiri. Meskipun ada yang bilang, “never meet your heroes”, karena banyak orang yang malah kecewa setelah mereka bertemu dengan idola mereka (setelah melihat perilaku idolanya di dunia nyata, misalnya). But hey, ternyata buatku malah itu adalah baik. Mungkin karena aku sendiri sudah mengatur ekspektasi dari awal. Aku paham Kevin juga manusia, tapi justru itu aku menjadi termotivasi. Aku berpikir bahwa ternyata aku-pun sebenarnya memiliki kesempatan yang sama dengan idolaku, karena kita sama-sama hanyalah manusia biasa. Pengalaman bertemu Kevin justru memberiku semangat dan tentunya sangat berkesan hingga saat ini.
Vincent, si mas patjar
Jakarta, 2022 |
Ini dia yang sebenarnya di tingkat teratas. Orang yang sangat suportif dan sabar terhadapku selama kurang lebih sudah sekitar tujuh tahun sejak pertama kali kenalan (iya, dari awal sejak sebelum jadian pun memang dia sudah sabar-sabarin ketika berhadapan dengan seorang Kennice yang pertanyaannya banyak dan ngomelnya pun banyak). Tapi nggak hanya itu. Doi ini ibaratnya seperti kaca spion. Aku punya ide untuk mengarah ke sebuah tujuan, tapi peran doi selalu menjadi spionku supaya aku nggak cuma melihat kearah depan saja, tapi juga mempertimbangkan kondisi bagian kanan, kiri, dan belakangku. Dia dapat selalu memberikan perspektif yang tidak dapat aku lihat dengan pemikiranku sendiri.
Menurutku, Vincent adalah orang dengan cara pikir yang sangat logis, jadi dia dapat mengimbangi kepribadianku yang cenderung mengandalkan perasaan/emosi. Karena perbedaan ini, justru kita bisa saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain.
Comments
Post a Comment