Skip to main content

Day 9: One Thing I Regret Very Badly

What is that one thing you regret very badly and cannot change?

Image by rawpixel.com on Freepik

Gampang nih. Aku menyesal waktu bayi nggak bisa investasi. Seandainya aku udah all-in di saham Amazon di tahun 1997, atau beli Bitcoin di tahun 2009, aku udah nggak perlu kerja lagi sekarang. Seandainya aku dilahirkan lebih awal lagi. Mungkin tahun 1980-an? Jadi aku udah bisa memohon orang tua untuk investasi di dua hal itu!

Okay, jokes aside.

Setelah berpikir panjang, ada banyak hal yang aku pikir adalah suatu kesalahan yang patut disesali. Namun jika digali lebih dalam, ternyata penyebab hal-hal itu berbuah penyesalan bukan karena hal-hal itu sendiri, tapi waktu.

Waktu yang tidak dapat aku putar kembali, tidak dapat dibeli dan tidak dapat di berhentikan sejenak. Aku berharap dulu aku lebih bijak dalam menggunakan waktu. Waktu yang seharusnya bisa aku nikmati saat bersama keluarga, atau bersama teman kerja, terkadang aku lewatkan begitu saja. "It's just another day", aku pikir.

Little did I know, waktu yang aku lewati tanpa aku menikmatinya adalah sia-sia. Karena setelah terlewat, tidak ada pengganti apapun, dan tidak ada yang bisa menggaransi bahwa momen itu dapat tercipta kembali di masa depan.

Contohnya, waktu yang kuhabiskan bersama dengan orang tua. Setelah bertahun-tahun tinggal jauh dari orang tua, aku berpikir, jika aku tinggal di luar Indonesia sampai mereka meninggal, dan semisal satu dua tahun sekali bertemu mereka sekitar dua minggu sampai satu bulan, itu berarti, waktu yang bisa kuhabiskan bersama secara langsung (bukan lewat telepon atau pun video call) dengan mereka hanya tinggal sekitar tujuh hingga sepuluh bulan saja. Itu pun jika mereka diberi umur panjang.

Sepertinya itu yang membuat aku menyesal dan juga takut: waktu yang tanpa sadar terlewatkan begitu saja. Meskipun sudah tersadarkan, seringkali kita lupa juga karena terbuai dengan aktivitas yang sedang dilakukan, atau terbuai dengan titik akhir yang diinginkan, misalnya, jika aku bekerja nonstop, aku bisa memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga, tiga tahun lagi. Tapi siapa yang tahu jika dalam tiga tahun kita tidak bisa bekerja lagi karena masalah kesehatan? Siapa yang tahu jika dalam tiga tahun orang tua sudah meninggal? Tidak ada garansi.

Jadi yuk, kita nikmati waktu kita selagi bisa. Tak peduli sekecil apapun momen yang ada.


*.*.*

Jika kamu mau tahu lebih lanjut tentang 30 Day Writing Challenge yang aku jalani saat ini, kamu bisa klik link ini ya.







Comments

Popular posts from this blog

Suka Duka Anak Kos

Anak kos. Pasti banyak diatara kamu yang ngekos di kota atau negeri lain. Entah untuk SMA, atau perguruan tinggi. Hari ini, aku mau membahas suka-dukaku jadi mahasiswi di negeri lain, dalam hal tinggal sebagai anak kos. Untuk memulainya, kuceritakan terlebih dahulu gambaran tentang kos-kosan ku. Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Novena. Sekitar 8-10 menit berjalan kaki dari stasiun MRT. Disini, aku menyewa sebuah kamar untuk kutinggali sendiri. Tidak ada tuan rumah, hanya ada teman-teman serumah. Tapi sekitar tiga hari sekali, akan ada pembantu yang membersihkan rumah dan mengurus cucian baju. Nah, teman-teman serumahku ini ada yang berasal dari sesama Indonesia, ada juga yang dari Filipina. Karena akomodasi di Singapura lumayan mahal, apalagi daerah Novena, jadi aku menyewa kamar yang tidak ada WC-nya. Alias berbagi WC dengan teman serumah. Nah, mari kita mulai. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas, tiba-tiba mesin cucinya berbunyi. Menandakan bahwa cucian telah selesai d

Day 29: Who and What Adds Meaning

Who and what adds meaning to your life. Agustus, 2023 Tentunya sulit untuk menunjuk hanya satu orang saja. Orang-orang disekitarku selalu menambah meaning dalam hidupku. Sebagian besar datang dan pergi, terkadang kembali, kemudian hilang lagi. Apalagi semakin dewasa dan bertambah usia, sepertinya teman-teman semakin punya kesibukan. Termasuk aku sendiri. Jadi ujung-ujungnya hanya menyapa tipis-tipis di media sosial. Tapi nggak apa-apa, meskipun begitu, aku percaya setiap orang memiliki “fungsi”-nya masing-masing dalam hidupku. Mungkin aku nggak sadar makna kehadirannya pada waktu itu dan baru ngeh setelah beberapa tahun berlalu, atau mungkin saat ini sudah nggak ngobrol, tapi masih terkadang kontakan sedikit-sedikit. Ada banyak faktor yang menentukan peran seseorang dalam hidupku. Jadi, jika ditanya ‘siapa’, tentunya tergantung dari musim hidup yang sedang kujalani. Setiap musim, pemerannya berbeda-beda. Aku hampir selalu belajar sesuatu dari setiap orang yang kutemui, dan sedikit demi

Misi Mau Update Blog Lagi

Yup, ini blog udah kaya proyek mangkrak. Nggak terasa udah tiga tahun lebih aku nggak posting. Kadang pengen posting tapi takut yang diposting nggak berfaedah. Tapi bukannya tujuan blog buat itu ya? Untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dialami. Menulis bukan sekedar media berbahasa, tapi untuk mengenali diri lebih jauh, tanpa berpikir terlalu panjang tentang apa yang ingin diungkapkan. Menurutku, rajin nulis blog itu seperti layaknya streamers . Sisi kehidupanmu sehari-hari, menjadi terekspos di dunia maya. Bukan seperti penulis yang memang memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah artikel sains, atau penulis cerita novel, atau penulis-penulis lain yang memiliki fokus. Bagiku, penulis blog mirip seperti seorang streamer . Mereka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari, tapi bukan diari. Mereka dapat berinteraksi dengan orang-orang yang membaca atau menonton kegiatan mereka sehari-hari, dan bertumbuh bersama para pembaca/penonton. Bukan. Aku bukan seorang blogger. Update